Minggu, 24 Juni 2012

MEMBANGUN JIWA INTERPRENEURSHIP: Peluang menuju sukses

Salah satu masalah mendasar yanghingga kini menjadi tantangan terbesar bangsa Indonesia adalah masalahpembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi seyogianya akan memberikan kesempatantimbulnya pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi suatu bangsa. Namun demikian problem yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kompleksnya masalah pembangunan ekonomi dengan implikasi munculnya kesenjangan ekonomi diberbagai sektor. Hal ini disebabkan karena pembangunan tidak semuanya mampu menyerap potensi ekonomi masyarakat. Termasuk angkatan kerja sebagai kontributor bagi percepatan pertumbuhan dan kesejahteraan ekonomi tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tidak dibarengi dengan terbukanya kesempatan tenaga kerja secara merata tersebut timbul karena jumlah angka produktif penduduk Indonesia tidak berbanding lurus dengan besarnya jumlah peluang usaha dan investasi di Indonesia. Ditambah lagi banyaknya peluang dan kesempatan investasi tersebut tidak banyak didukung oleh kemampuan sumber daya manusia yang kualified.Akibatnya timbul kesenjangan antara kebutuhan lapangan pekerjaan dengan kesempatan yang diberikan oleh pelaku usaha kepada angkatan kerja, yang pada akhirnya menyebabkan timbul dan banyaknya pengangguran.


Masalah pengangguran memang masalah atau tema yang senantiasa selalu di gagas oleh setiap pelaku ekonomi, baik pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat. Sekarang saja angka pengangguran sudah mencapai 20 juta orang lebih. Belum ditambah setiap tahunnya angka pengangguran meningkat rata-rata dua juta per tahun. Angka pengangguran yang memang fantastis tersebut disumbang besar oleh tingginya jumlah setiap sekolah dan perguruan tinggi menelurkan lulusannya. Berbagai solusi dan kebijakan senantiasa diambil oleh pemerintah dan pelaku ekonomi untuk menekan laju angka pengangguran tersebut. Namun tetap saja angka pengangguran tetap tinggi dan akhirnya selalu menjadi Pekerjaan rumah bagi bangsa ini.

Salah satu upaya yang dilakukan banyak pihak termasuk pemerintah, dunia usaha dan lembaga pendidikan adalah dengan merubah paradigma pola atau budaya berfikir masyarakat dari berorientasi mencari pekerjaan menjadi menciptakan peluang pekerjaan. Paradigma ini penting dibangun dan dikembangkan untuk menciptakan fokus dari upaya pemecahan krisis masalah ketenagakerjaan dan pengangguran sekaligus mengembangkan potensi kemampuan sumber daya manusia yang mandiri dan berpijak diatas kemampuan sendiri dalam ikut serta memberikan sumbangsih bagi tingkat pertumbuhan ekonomi dan kualitas pembangunan suatu bangsa. Salah satu cara yang ditempuh itu adalah dengan mensosialisasikan peran penting menumbuhkan semangat kewirausahaan bagi masyarakat. Khusus bagi lembaga pendidikan, bukan cuma menumbuhkan semangat, tapi membangun konsep berfikir dan mendorong secara praktis kemampuan interpreneurship lulusannya agar dapat sukses menempuh cita-cita dan tujuan hidupnya.

Membangun Jiwa Interpreneurship
Berbagai referensi dan literatur diangkat oleh beberapa orang praktisi dan para ahli untuk memberikan pemahaman tentang kewirausahaan. Salah satu referensi bagaimana membangun jiwa kewirausahaan (interpreneurship) dikemukakan oleh Dr.Suryana Ms.i - melalui bukunya yang berjudul “kewirausahaan, pedoman praktis, kiat dan proses menuju sukses”. Beliau mengembangkan suatu konsepsi tentang kewirausahaan begitu detail, sistematis dan aplikatif untuk dapat diterapkan sebagai suatu bekal kompetensi bagi mereka yang membacanya. Di dalam buku tersebut diuraikan bahwa memahami kewirausahaan maka seseorang harus memahami terlebih dahulu bagaimana muatan konsep kewirausahaan tersebut secara praktis dan menerapkannya secara teknis terlebih-lebih beliau menekankan bahwa membangun jiwa kewirausahaan haruslah dimulai dengan kemauan kreatif dan inovatif seseorang untuk mencapai suatu tujuan dalam hidupnya. Menurut Dr.Suyana, Msi, kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (creatif new and different) melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Banyak orang yang berhasil dan sukses karena memiliki kemampuan berfikir kreatif dan inovatif. Hal tersebut penting untuk dipahami mengingat selama ini dalam kehidupan sehari-hari, masih banyak orang yang menafsirkan dan memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa yang dimiliki  dan dilakukan oleh “usahawan” atau “wiraswasta”. Padahal jiwa kewirausahaan (interpreneurship) tidak hanya dimiliki oleh usahawan akan tetapi dapat dimiliki oleh setiap orang yang berfikir kreatif dan bertindak inovatif baik kalangan usahawan maupun pemerintah, mahasiswa, guru dan sebagainya.

Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thinking new thing). Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing). Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam bentuk proses seperti ide, metode dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang diciptakan melalui proses berfikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha. Ide kreatif akan muncul apabila wirausaha “look at old and think something new or different”.

Untuk mendorong berkembangnya jiwa kewirausahaan, maka menurut Suyana seseorang haruslah memiliki kompetensi. Kompetensi tersebut merupakan syarat utama bagi seseorang yang ingin melakukan proses perjalanan kreativitas berfikir dan inovasi tentang keinginan yang diharapkannya. Kompetensi adalah seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi, nilai serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan/ kegiatan. Dalam bukunya yang didukung pula dengan pendapat Geoffrey G. Meredith (Kewirausahaan : Teori dan Praktek) dan Prof. Dr. Mas’ud Macffoedz, MBA (Kewirausahaan : Suatu Pendekatan Kontemporer) beliau memberikan pemahaman wirausaha tidak hanya memerlukan pengetahuan tapi juga keterampilan. Keterampilan-keterampilan tersebut diantaranya keterampilan manajerial (managerial skill), keterampilan konseptual (conceptual skill) dan keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi dan berelasi (human skill) dan keterampilan merumuskan masalah dan mengambil keputusan (decicion making skill), keterampilan mengatur dan menggunakan waktu (time management skill) dan keterampilan teknik lainnya secara spesifik.

ide berwirausaha akan menjadi peluang apabila wirausaha bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati pintu peluang, menganalisis proses secara mendalam dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Untuk memperoleh peluang wirausaha harus memiliki berbagai kemampuan dan pengetahuan seperti kemampuan untuk menghasilkan produk atau jasa baru, menghasilkan nilai tambah baru, merintis usaha baru, melakukan proses atau teknik baru dan mengembangkan organisasi baru. Oleh karenanya maka seorang wirausaha harus memiliki ciri dalam dirinya, yaitu percaya diri (self confidence), berorientasi pada tugas dan hasil, keberanian mengambil resiko, berorientasi pada masa depan dan orisinil. Ciri-ciri tersebut oleh Suyana dikembangkan secara lebih detail dan terperinci dengan tujuan menstimulasi berfikir pembaca. Bahwa keberhasilan seseorang memang didasari atas sikap dan persepsinya sendiri tentang apa yang dikerjakannya. Jika sikap dan persepsinya positif tentang apa yang dilakukannya, maka dengan sendirinya motivasi dan kreativitas serta inovasi akan muncul seiring dengan harapan untuk mencapai tujuan orang tersebut.
Eksistensi Meteri Kewirausahaan di Perguruan Tinggi : Sasaran Pengembangan Kompetensi Mahasiswa

Walaupun tidak tertuang secara eksplisit, namun ketentuan yuridis berkaitan dengan  pendidikan nasional kita memprioritaskan adanya suatu persepsi tentang perlunya setiap lembaga pendidikan memberikan orientasi proses pendidikannya kepada peserta didik untuk lebih tertanam sikap kemandirian dan jiwa kewirausahaannya. Secara aktual hal ini pernah juga dikemukakan pada pertemuan antara Departemen Pendidikan Nasional dengan Lembaga – lembaga karir yang dimiliki oleh perguruan tinggi di Indonesia. Dalam pertemuan tersebut direkomendasikan bahwa paradigma orientasi proses pendidikan dan pengajaran di perguruan tinggi haruslah dirubah dari menyediakan input bagi pelaku usaha, menjadi penciptaan sendiri peluang kerja. Dengan kata lain lembaga pendidikan haruslah merubah terminologi pemikirannya yang tadinya berfikir bahwa seorang mahasiswa ketika lulus ia harus mencari kerja, maka lembaga pendidikan se optimal mungkin memberikan proses pembelajaran efektif bagi terbukanya kesempatan bagi mahasiswanya untuk menghasilkan produk keilmuannya dan menerapkannya sendiri dalam aktivitas usaha.

Melihat pergeseran pemikiran tersebut maka mau tidak mau perguruan tinggi haruslah berupaya menciptakan dan mendesain pola dan proses kegiatan belajar-mengajar agar menjadi lebih aplikatif dan menstimulasi keinginan mahasiswa untuk berwirausaha. Salah satu mata kuliah yang diajarkan dalam konteks ini adalah mata kuliah kewirausahaan. Dihampir setiap perguruan tinggi, mata kuliah ini memang diajarkan. Namun proses belajar mengajar dalam mata kuliah ini kecenderungannya tidak memberikan daya rangsang bagi mahasiswa untuk merubah paradigma berfikirnya. Hal tersebut disebabkan implementasi kurikulum mata kuliah tersebut cenderung teoritis. Sehingga pada akhirnya mahasiswa dibawa kepada suatu penafsiran pengetahuan secara teoritis pula yang pada akhirnya menyebabkan mahasiswa terkungkung pada problematik teoritis yang tidak menghasilkan solusi pemecahan bagi keinginannya merintis dan mengembangkan jiwa kewirausahaannya. Pada kenyataannya berwirausaha tetap menjadi pilihan kedua atau ketiga setelah melamar pekerjaan kesana kemari tidak diterima. Oleh karena itu maka sebaiknya perguruan tinggi memikirkan untuk memberikan penekanan yang lebih besar lagi kepada mata kuliah ini untuk tidak hanya menjadi mata kuliah complementer (pelengkap) namun seharusnya menjadi mata kuliah unggulan. Yakni bukan cuma mata kuliah terstruktur saja, melainkan ditingkatkan korelasi substansi keilmuannya melalui kuliah kerja usaha, magang kewirausahaan, karya alternatif kewirausahaan dan klinik konsultasi bisnis. Oleh karenanya peran kualitas kurikulum, kualitas dosen dan praktisi yang mengajar serta kompetensi lainnya yang berkaitan dengan upaya menunjang kegiatan proses belajar mengajar perlu di dukung sedemikian rupa.

Penutup
Melalui analisa mengenai pendidikan kewirausahaan dalam lingkup pendidikan di perguruan tinggi, mudah-mudahan memberikan pemahaman kepada kita bahwa sikap kemandirian, pengetahuan manajerial, leadership, motivasi dan berbagai aspek yang berkaitan dengan technical maupun human skill merupakan satu mata rantai yang perlu dikembangkan menjadi suatu budaya dan paradigma berfikir dalam menyikapi tantangan akan tujuan hidup yang dicita-citakan. Kemampuan mengeksplorasi sumber daya tidak akan serta merta terwujud jika tidak dibarengi dengan upaya kreativitas dan inovasi serta motivasi diri untuk menjadi yang lebih baik. Kesemua hal tersebut sebenarnya tertuang kedalam materi kewirausahaan-sebuah pengetahuan yang merupakan lintas disiplin ilmu dengan porsi pendekatan ekonomi dan manajemen yang dikemas dari berbagai pendekatan oleh berbagai para pakar dan praktisi. Sekali lagi upaya memahami konsepsi interpreneurship yang dilakukan banyak orang-termasuk mahasiswa, mudah-mudahan memberikan keyakinan dan paradigma baru tentang salah satu variabel konsep pertumbuhan ekonomi nasional.

Sumber dari Telaah Substansi mata kuliah Kewirausahaan mahasiswa BSI


0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons